Mungkin sudah
tidak asing lagi di telinga kita tentang kata “Autistik”, namun sebagian besar dari
kita jika bertanya “Apa itu Autistik?” maka jawaban yang diberikan dapat
berwujud sebuah pandangan yang menggambarkan tentang apa itu Autistik dengan
variabel yang tentunya sangat luas dan beragam. Alhasil jawaban tersebut dapat berupa
sederetan gejala atau karakteristik seperti anak-anak yang sering menyendiri,
yang tidak dapat berkomunikasi normal, yang sangat musikal, yang bagus dalam mata
pelajaran matematikanya, yang brilian dalam segi menggambar, yang sangat pintar,
yang memiliki hambatan secara mental dan bahkan masih banyak lagi sederetan
ciri-ciri lain yang menyertainya.
Secara terminologi,
Autistik merupakan sebuah gangguan perkembangan yang mempengaruhi beberapa
aspek bagaimana anak itu melihat dunia dan belajar dari pengalamannya. Kebanyakan
anak-anak tersebut kurang begitu minat untuk melakukan kontak sosial dengan
sesamanya dan tidak adanya kontak mata.
Selain itu juga, anak-anak Autistik sering
kali memiliki kesulitan dalam berkomunikasi dan bahkan mereka terlambat dalam
perkembangan bicaranya. Adapun ciri lainnya nampak pada perilaku yang stereotype
seperti mengepakkan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang, mondar-mandir tanpa
arah tujuan, menyusun benda-benda berderet dan terpukau terhadap benda yang
berputar, serta masih banyak lagi ciri-ciri lain dari anak Autistik yang tidak dapat disebutkan
secara menyeluruh di sini, karena pada dasarnya setiap anak itu tentunya memiliki
karakteristik yang berbeda-beda.
Faktor-Faktor
Penyebab Anak Autistik
Jika ditinjau
cecara spesifik, faktor-faktor yang dapat menyebabkan anak menjadi Autistik itu
belum ditemukan secara pasti, walaupun secara umumnya ada kesepakatan di dalam
lapangan yang membuktikan bahwa adanya keragaman tingkat penyebabnya. Jelas hal
ini pun termasuk bersifat genetik metabolik dan gangguan syaraf pusat, infeksi
pada masa hamil (rubella), gangguan pencernaan hingga keracunan logam berat, Struktur
otaknya yang tidak normal seperti hydrocephalus juga dapat dikatakan
sebagai hal yang menyebabkan anak menjadi Autistik.
Selain
hal-hal tadi, ternyata ada dugaan yang menjelaskan bahwa anak Autistik itu disebabkan
oleh faktor lingkungan, misalnya kita sebut saja vaccinations. Beberapa
orang tua telah melaporkan bahwa anaknya tetap “normal” saja perkembangannya
setelah di berikannya vaccinations, tetapi ada juga sebagian orang tua
yang melaporkan bahwa terdapat perubahan yang bisa dikatakan kurang
menguntungkan setelah anaknya tersebut diberikan vaccinations. Ada
beberapa kasus yang dirasa menjadi keluhan bagi para orang tua yang berkaitan
dengan perkembangan anaknya, mereka mengaku bahwa ciri-ciri anak Autistik
muncul pada anaknya itu setelah diberikannya vaccinations. Hal ini pun masih
menjadi perdebatan di antara para ahli khususnya di bidang kedokteran. Tentu
saja penelitian ilmiah merupakan suatu bagian penting untuk bisa menjawab
permasalahan ini.
Untuk dugaan
penyebab lainnya yaitu perilaku dari sang Ibu yang mana pada masa kehamilannya mereka
sering mengkonsumsi seafood, perlu diketahui bahwa jenis makanan ini
mengandung mercury yang cukup tinggi karena adanya pencemaran pada air laut. Selain
itu juga, adanya kekurangan mineral yang penting seperti zinc, magnesium,
iodine, lithium, dan potassium. Pestisida dan racun yang berasal
dari lingkungan lainnya dan masih banyak lagi faktor-faktor penyebab dari
lingkungan yang belum diketahui secara pasti dan menyeluruh.
Berdasarkan pengalaman
yang dialami penulis, para orang tua tersebut melaporkan bahwa hal-hal yang
menyebabkan anaknya menjadi Autistik, bila ditinjau dari riwayatnya memang itu cukup
bervariatif. Ada dari mereka yang memiliki riwayat suka memakan makanan jenis seafood
pada masa hamilnya (konon katanya hasil laut kita sekarang sudah tinggi
kandungan mercury-nya) dan terkena oleh virus rubella. Lalu ada juga
yang melaporkan bahwa setelah diberikan vaccinations pada anak
kesayangannya, seketika itu pula terjadi kemunduran pada aspek perkembangan
anaknya secara mencolok seperti perilakunya yang aneh dan kemampuan bicaranya
yang mundur. Dalam bagian ini tentunya membutuhkan sebuah informasi dan bukti
dari hasil studi dan penelitian ilmiah yang rumit dan panjang.
Adapun bagian
lain yang cukup menarik dan perlu mendapat sebuah perhatian adalah berpangkal
dari ketidaktahuan para orang tua tersebut tentang Autistik itu sendiri. Untuk beberapa ciri-ciri anak Autistik itu
sebenarnya dapat dideteksi sejak dini, setidaknya mulai dicurigai sebagai
perilaku Autistik pada masa tahun-tahun pertama. Setelah anak berusia tiga
tahun dan menunjukkan ciri-ciri perilaku Autistik, orang tua menduga hal
tersebut disebabkan oleh kebiasaan seperti menonton televisi, diacuhkan oleh sang
Baby Sitter, semua kebutuhan anaknya dilayani tanpa perlu belajar
mengekspresikan keinginannya (baik bersifat verbal maupun nonverbal), bermain
sendiri, serta hubungan antara orang tua dengan anaknya yang kurang baik dan
berkualitas. Hal tersebut bukan merupakan penyebab utamanya, namun pada bagian
ini dapat diduga sebagai beberapa faktor yang menjadi pelengkap dan memperkuat
atau memicu semakin kokohnya perilaku Autistik itu hadir dalam diri Anak.
Itu tadi
mengenai Faktor-Faktor Penyebab Anak Autistik yang tersampaikan secara
singkat. Semoga bermanfafat dan memberikan edukasi lebih terhadap orang tua
khususnya sang Ibu.
Terimakasih
Follow Us
Were this world an endless plain, and by sailing eastward we could for ever reach new distances